Sabtu, 17 Desember 2016

yang Terlewat Hanya untuk Disesali

Masa kecil kamu, pasti pernah memiliki seseorang atau lebih yang kamu sebut 'sahabat'. Tentunya beda antara sahabat dan 'teman' yang hanya mengenalnya sekedar saja. Masa kecil yang indah, yang tidak akan bisa dibayar dengan berlian sekalipun. Saya masih ingat kala itu. Ketika saya sengaja berjalan sambil mendengakan kepala saat melewati depan rumahnya. 'Mencari Perhatian'. Terkadang kami saling mencela. Saling melempar pandangan sinis. Beberapa kali dia dan saya lakukan itu sampai akhirnya kami menyerah.

Singkat cerita, kami mulai berteman setelah perang dingin yang membosankan. Kami melakukan banyak kegiatan bersama. Belajar bersama, makan bersama, pergi ke masjid bersama, sampai melakukan kenakalan bersama. Suka, duka, banyak cerita yang kami lewati bersama tiap harinya.

Sampai tiba waktunya dia harus pergi untuk pindah rumah. Kami mulai jarang bersua terlebih kesibukan masing-masing dari kami di sekolah menengah. Pertemuan dan komunikasi tidak sesering dulu. Hingga kami putus kontak dan saya tidak mencarinya.

Waktu terus bergulir sampai pada akhirnya saya yang harus pergi pindah rumah, meninggalkan tempat yang menyimpan banyak kisah masa kecil saya. Beruntung saya masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan sahabat saya itu. Tapi setelahnya kami kembali putus kontak. Kesibukkan saya, teman-teman baru saya kini menggantikan posisinya yang dulu amat penting bagi saya.

Kamu pasti tau kalau penyesalan selalu datang terakhir, kan? Di akhir cerita hidupnya saya benar-benar menyesal. Menyesal karna tidak pernah mencarinya dan mencari tahu bagaimana kabarnya. Apalah dia sehat? Apa dia bahagia? Saya menyesal karna saya tidak ada di sampingnya saat masa-masa kritisnya. Bahkan saya tidak ada di sampingnya di hari saat dia meninggalkan saya untuk selamanya. Saat itu saya sadar, tapi terlambat untuk mencarinya. Karena saya tidak mungkin menemukannya di dunia ini. Tidak di dunia ini.

Begitu banyak waktu saya, tapi tidak sedikitpun saya mencarinya. Kini saya hanya harus berdamai dengan penyesalan. Mendoakan dia agar tenang disana dan mulai menjaga sahabat-sahabat saya. Sahabat, orang yang amat berpengaruh dalam hijrahnya diri saya.

Teruntuk sahabat masa kecilku yang hingga hari ini aku rindukan, semoga kamu tenang di sana. Maaf kalau aku belum menjadi sahabat yang baik untukmu. Semoga Allah mencintaimu.




#30DWC hari ke 17

0 komentar:

Posting Komentar