Jumat, 30 September 2016

Mahasiswa Bukan (Masih)siswa

Agustus 2014, dua tahun berlalu sejak saya menginjakkan kaki di sebuah tempat yang saya nggak pernah bayangin bisa ada di sini. Saya masih ingat, seorang diri kebingungan kesana kemari nyari loket FMIPA. Akhirnya ketemu dan dikejutkan dengan antrean panjang verifikasi berkas SNMPTN. Lolos verifikasi saya kira udah bisa jadi mahasiswa.

Ternyata untuk menjadi mahasiswa sungguhan nggak sampai disitu aja. Saat itu saya baru dengar istilah MPA (Masa Pengenalan Akademik). Wajib diikutin untuk setiap mahasiswa baru. Mungkin sejenis MOS yang dimarah-marahin dan pakai atribut nggak jelas, pikir saya. Ternyata nggak separah waktu MOS.

Saat MPA, saya dan teman-teman disuruh datang jam 5 pagi! Kuliah aja nggak ada yang jam 5 pagi! Lagi pula belum ada angkot sepagi itu. Saya pernah sekali terlambat 2 menit datang MPA. Saya kira paling dihukum push up atau lari di lapangan seperti jaman SMA dulu. Ternyata ini hanya pikiran ala anak SMA. Bukannya disuruh push up saya malah disuruh bikin esai refleksi diri. Padahal telatnya cuma 2 menit, loh. Akhirnya saya sadar, ada dosen yang nggak menolerir keterlambatan.

Di MPA juga ada penugasan, disuruh bikin esai tentang mahasiswa ideal. Saat SMA dulu biar tugas cepat kelar saya hanya copy paste artikel dari mbah gugel. Cara yang sama saya lakukan untuk bikin penugasan esai, toh hanya dikumpulkan. Lagi-lagi ini pikiran ala siswa, ternyata esainya di cek dan...ketauan deh. Esai saya dan beberapa orang dicap plagiasi. Wah, nggak nyangka. Saya juga sadar, skripsi nanti kalau ketauan plagiasi bisa dituntut hukum, tuh.

Dari MPA akhirnya saya belajar banyak kalau dunia kampus dan masa SMA itu beda. Kita disiapkan untuk menjadi mahasiswa sejati bukan siswa yang manja.

Mahasiswa baru biasanya mengalami shocking culture. Karna berbeda budaya saat SMA dan budaya kampus. Saya dari Fakultas MIPA, yang terkenal religiusnya. Saat menjadi maba dulu saya merasa asing dengan budaya MIPA yang religius dan budaya kampus yang begitu intelek. Lalu saya disadarkan lagi kalau saya bukan lagi siswa yang berpikiran sempit dan menghabiskan waktu mencari hiburan. Sekarang saya amat bersyukur ada di tempat ini. Tittle 'Maha' kini tersemat dalam status kita saat ini. Sudah seharusnya cara berpikir dan tingkah laku mahasiswa lebih baik dari siswa.

Dan teruntuk adik-adik saya, Penakluk Peradaban (FMIPA'16), saya hanya berharap kalian mampu menaklukkan jalan juang kalian untuk empat tahun ke depan. Sudah bukan saatnya duduk diam lalu mengoceh sendiri, bangun dan lantangkan kebaikan. Karna kita, kalian bukan lagi siswa tapi mahasiswa.

Hidup Mahasiswa

Senin, 26 September 2016

Senyum Terakhir

Pagi ini ku tebar senyum pada dunia
Tapi dunia malah muram
Malam ku tebar senyum pada dunia
Tapi dunia nampak tak senang

Pagi gelap gulita
Malam terang benderang
Tak peduli,
aku tetap tersenyum pada dunia
Berharap,
Esok dunia membalas senyumku

Esok tiba,
dunia tak akan membalas senyumku
Karna hari itu, hari terakhir dunia melihat senyumku




Jakarta, 26 September 2016

This entry was posted in

Minggu, 25 September 2016

Negeri Sandiwara

Negeriku bagai syurga..
Aman, bersih, dan indah
Tak ada anak kelaparan karna padi melimpah
Semua bisa kudapat dengan mudah

Negriku bagai syurga..
Semua orang baik dan ramah
Para pemimpin yang amanah
Rakyat tentram sejahtera

Ini negeri syurga!
Minta saja uang.. Uang.. Uang..
Kau dapat uangmu!
Minta saja tahta
Kau dapat tahta

Inilah negeriku.. Negeri sandiwara





Jakarta, 22 September 2016

This entry was posted in