Gambar: nopindra.wordpress.com
Suatu hari aku tersadar, kenapa aku hanya sendiri? Tanpa seseorang di sisi.
Hampa.
Lambat laun aku pun tersadar, aku tidak benar-benar sendiri.
Rasanya seperti ada yang kosong, saat benar-benar sendirian. Tanpa satu orangpun di sisi. Hanya perasaan sesaat. Tapi semua kembali normal ketika orang-orang ada bersamaku.
Rasanya seperti ada yang kosong, saat menyadari tidak ada seseorang yang selalu di sisi. Tapi itu bukan perasaan sesaat. Aku merasakannya hampir di setiap kesendirianku.
Seperti tersambar petir, pikiranku bertanya: Kenapa pula harus pusing bergulat dalam kesendirian? Aku hidup dalam perut ibuku sendirian, nanti pula aku akan sendirian di dalam tanah.
Lalu aku menyadari satu hal:
"Sendiri itu bukan masalah, yang masalah adalah ketika kita sendiri dan kita mempermasalahkannya."
— Panji Ramdana
Kawan, jodoh itu seperti ajal kematian. Ia pasti akan datang, tapi di waktu yang telah ditakdirkan. Apa yang bisa kita lakukan? Adalah mempersiapkan diri. Memperbaiki diri, agar ketika suatu saat ia—yang namanya telah ditulis dalam lauhul mahfudz— itu datang, kita telah siap. Siap untuk menyiapkan perjalanan bersama menuju surga-Nya.
"...Janganlah kamu bersedih, sesungghunya Allah bersama kita. ..."
— Q.S. At Taubah: 40
Kawan, tak perlu risau ataupu bersedih dengan kesendirian. Karna kamu tidak benar-benar sendiri. Lihat lah kedalam hatimu, sebelum kamu mencintai ciptaan-Nya, sudahkah kamu mencintai-Nya? Maka penuhilah dahulu hatimu dengan cinta untuk-Nya.
"Kesendirian dalam penantian yang menjaga iman, jauh lebih mulia daripada berpasangan namun dengan ketidakbaikan."
— tema buku "Ketetapan Terindah, Panji Ramdana
Menyendirilah..
Menyendirilah untuk kemuliaan..
Percayalah..
Percaya kamu tidak sendirian..
Bekasi, penghujung Januari 2017
#KOMBUNJanuari2017