Kamis, 29 Desember 2016

Satu Detik

Memendam ternyata seperti ini rasanya
Aku hanya bisa diam
Tanpa mampu menyapa
Aku hanya bisa menatapnya
Tak bisa mengatakan 'Hai, apa kabar?' atau 'Selamat sore'

Ada 12 bulan dalam 1 tahun
Ada 30 hari dalam 1 bulan
Ada 24 jam dalam 1 hari
Tapi kita hanya bisa saling menyapa dalam kegamangan selama satu detik dalam satu tahun

Satu detik yang hingga detik ini selalu kuingat ekspresimu
Satu detik di penghujung tahun
Satu detik yang berhasil memporakporandakan hati

Kau yang menatapku kebingungan
Tak apalah dengan ekspresimu
Aku tak mengharap banyak
Semoga ketika tahun sudah berganti kamu masih ingat rupaku

Meine sonne

Rawamangun, 30 Desember 2016

#30DWC Hari ke 30

Sepenggal Kisah Persahabatan

Persahabatan yang dimulai dari masa kecil atau masa sekolah mungkin akan lebih kokoh karna lamanya waktu bersama. Tapi apa yang terjadi padaku bukan persahabatan dari masa kecil atau masa sekolah seperti pada umunya. Kami ber-sembilan, atas izin Allah ditakdirka bertemu di bangku perguruan tinggi. Apakah terlihat kekanakan punya sahabat di masa kuliah? Tidak juga.

Kami berasal dari latar keluarga berbeda, suku berbeda, karakter, dan masa lalu berbeda. Satu hal yang hingga saat ini selalu aku pikirkan bagaimana kami bisa bertahan menjaga persahabatan yang akan kami bawa sampai ke surga ini.

Awal masa perkuliahan adalah masa jahiliyahku. Dan saat itu aku selalu berdoa agar diberi petunjuk jalan yang lurus. Allah benar-benar mengabulkan doaku. Mereka ber-8 adalah jawaban yang dikirim Allah atas doaku selama ini. Alhamdulillah, 8 bidadari solihah, merekalah yang membantuku hijrah dan istiqomah.

Pertikaian kecil sesekali pernah terjadi antara kita. Tapi kawan, itulah yang menguatkan kita. Aku masih ingat saat satu diantara kita menangis, yang lain akan menutupi wajah sembabnya. Saat beberapa dari kita punya masalah pribadi kita akan selesaikan bersama.

Ingat? Berapa liter airmata yang telah kita keluarkan di saat bersaman? Titik air mata itulah saksi perjalan persahabatan kita.

Kawan, bangku perkuliahan tak akan abadi. Bagaimana setelah perkuliahan ini? Masikah mengingatku sebagai salah satu orang yang pernah tertawa dan menangis bersamamu?

Bersama ditulisnya tulisan ini aku mendengarkan Sebiru Hari Ini,

Bukankan hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
...
Kenang masa indah kita, sebiru hari ini

Aku akan terus mengenang kalian, kawan, dan ingatlah ini selalu: Sahabat sampai jannah

Janji yang Tak Terucap

Apa langit sedang mendung?
Ada apa dengan wajah murung itu?
Lihat, pundakmu semakin menurun
Semangatmu tampak lesuh

Kawan, bicaralah pada Tuhan
Mintalah untuk dikuatkan pundakmu
Ini bukan hukuman, tapi ujian agar kau kuat

Aku mungkin tak akan mengatakannya
Tapi aku akan di samping saat kau butuh atau tidak, kau minta atau tidak
Biarlah aku seperti lintah penghisap darah

Biarkan aku di sampingmu, di saat-saat terburukmu
Orang yang pertama kali menyemangati
Aku tak perlu kau anggap ada
Tak peduli bagaimana aku
Aku ingin menjadi orang itu,
orang yang selalu ada dalam tiap proses hidupmu

#30DWC hari ke 26

Minggu, 25 Desember 2016

Kutanya Bulan

Malam tiba di bumi
Hanya ada aku dan dingin
Sepertinya bintang harus abstain
Menyisakan langit yang polos

Gelap menyelimuti malam panjang
Bulan nampak tak seterang biasanya
Kutatap langit, kutanya bulan
Kemana bintangku?
Aku benar-benar seperti langit polos tanpa bintang

Kutatap langit, kutanya bulan
Sedang apa dia sekarang?
Jauh ratusan kilometer di sana, apakah pernah dia memikirkanku sekali saja?

Kutanya lagi padamu, bulan...
Apakah dia masih seterang dulu?

#30DWC hari ke 24

Setetes Embun

Aku malu pada Allah, bahkan saat aku berbuat maksiat, masih Ia kabulkan doaku

Aku malu pada Allah, bahkan saat aku tidak pandai bersyukur, Ia masih memberiku nikmat

Aku malu pada Allah, bahkan saat aku melupakan-Nya, Ia masih meminjamkanku ruh pada tubuh ini

Aku masih diberi hidup, dan setetes embun menyaksikan kekuasaan-Nya

Lalu apalagi yang aku tunggu?

"Nikmat Tuhanku yang manakah yang aku dustakan?"

#30DWC hari ke 25

Back to Home, Please

Apa aku dilahirkan untuk menjadi orang yang kesepian? Aku harap tidak.

Apa aku dilahirkan untuk menjadi orang yang terus menunggu? Aku harap tidak.

Ayah, tidakkah rindu dengan keluarga mu? Pulanglah sebentar. Mari minum kopi dan duduk bersama. Atau mau memancing bersama? Aku bisa menemani.

Ibu, tidakkah lelah bekerja sepanjang hari? Kau seharusnya istirahat dan berada di rumah. Menyambut anak-anakmu yang baru pulang.

Kakak, tidak bisakah menemaniku bermain? Catur tidak seru dimainkan satu orang, aku butuh teman untuk dijadikan lawan main. Tapi nampaknya kakak terlalu sibuk.

Ayah, ibu, kakak, tidak bisakah kita berkumpul layaknya perkumpulan keluarga kecil? Berbagi cerita di meja makan. Tanpa diganggu telepon yang berdering tiap saat.

Aku kesepian, bisakah temani aku sebentar saja?
Aku hanya ingin berbagi cerita, kalau aku kesepian.
Pulanglah. Aku bosan menunggu.

#30DWC Hari ke 23

Film Tentang Guru yang Menginspirasi

Guru adalah pahlawan tanda jasa. Karna sehebat apapun guru mencerdaskan anak-anak bangsa tidak ada tanda jasa yang diberikan pada guru. Guru tetaplah guru. Selamanya akan digugu dan ditiru. Nah, guru nggak selamanya hanya transfer ilmu di kelas loh. Cerita-cerita dalam film berikut mungkin bisa memberi inspirasi buat kamu.

1. Teacher's Diary
Film Thailand yang satu ini menceritakan tentang pengalaman dua orang guru yang ditugaskan mengajar di sebuah tempat sangat terpencil dan tanpa jaringan komunikasi sama sekali. Bu Ann yang menjadi guru sebelumnya di Sekolah Kapal digantikan oleh Pak Gong yang tidak punya banyak pengalaman mengajar.

Mengajar di Sekolah Kapal yang terpencil mengajarkan mereka banyak pelajaran hidup. Sumber belajar yang terbatas, media pelajaran yang terbatas, sampai kondisi siswa yang harus tidur di sekolah karna jauhnya jarak rumah dengan sekolah. Film ini juga diangkat dari kisah nyata.

2. Freedom Writers
Diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru untuk membangkitkan semangat belajar para muridnya. Sebut saja guru ini Bu Erin. Bu Erin adalah guru baru di Woodrow Wilson High School, wilayah Amerika Serikat. Masih guru baru, tapi ditempatkan di kelas 'khusus' yang menampung anak-anak korban perkelahian antargeng gitu (kalau di Indonesia, semacam pelajar yang suka tawuran gitu kali ya), karena banyak guru yang tidak tahan dengan kelakuan kedua kubu ini. Di dalam kelas, kedua kubu tersebut duduk sesuai kubunya. Tidak ada anggota suatu kubu yang bergabung dengan kubu lainnya. Padahal mereka satu kelas, tapi suasananya.... ibarat 'senggol dikit bacok'.

Sebagai pendidik, Bu Erin harus cari cara untuk menghadapi murid-muridnya ini. Bu Erin meminta seluruh muridnya untuk menulis apapun yang mereka suka, bebas, di sebuah buku harian. Buku harian ini tiap harinya akan dikembalikan lagi pada Bu Erin. Ternyata cara ini berhasil! Dari tulisan-tulisan muridnya, Bu Erin akhirnya paham dengan apa yang harus ia lakukan.

3. The Queen's Classroom
Drama Korea nggak melulu tentang percintaan, orang kaya, atau remaja. Drama Korea yang satu ini berbeda. Menceritakan seorang guru garu yang mendidik murid-muridnya yang di bangku kelas 6 SD dengan caranya sendiri.

Mungkin guru baru itu terlihat sedikit agak killer, tapi apa yang didik adalah bukan hanya matematika atau bidang pelajaran tertentu, tapi bagaimana cara menghadapi realita kehiduoan yang keras ini. Film yang satu ini, bakal bikin kamu menitikkan air mata!

Nah! Itu dia film tentang guru yang mungkin bisa menginspirasi. Untuk kamu para calon guru, jadi guru yang terus menebar inspirasi, ya!



#30DWC Hari ke 22

Rabu, 21 Desember 2016

Om Telolet Oooom

"Om telolet oooom!"

"Om telolet oooom!" kini sedang viral di masyarakat. Di pasar, di jalan, di toilet, bahkan sampai di kolom komentar instagram Raditya Dika ramai membicarakan 'telolet'.

Sebenarnya kamu tahu nggak sih, telolet itu apa?

Telolet di sini yaitu bunyi klakson bis. Bis-bis di Indonesia kini suara klaksonnya sudah dimodifikasi dan beragam, nggak hanya 'tin tin' saja. Ini yang menjadi daya tariknya.

Biasanya beberapa anak di pinggir jalan meneriakkan "om telolet om" pada bis-bis besar yang melintas. Mereka meminta supir bus membunyikan klaksonnya. Setelah itu anak-anak kegirangan.

Awalnya saya pikir ini aneh dan agak kurang kerjaan. Tapi setelah beberapa kali menikmati 'telolet' akhirnya saya paham. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mendapatkan kesenangan, begitu juga anak-anak di pinggir jalan yang meminta telolet itu. Sampai-sampai saya suka ketawa sendiri mendengar suara klakson yang unik. Kabarnya kini ada komunitas pecinta tololet, tertarik bergabung?

Aksi meminta supir membunyikan klakson ini ternyata menuai pro da  kontra di masyarakat. Ada yang suka ada juga yang tidak suka karna suara 'telolet' dianggap mengganggu.

Kini bukan anak-anak saja yang senang dengan 'telolet', orang-orang dewasa juga mulai kena 'demam telolet'. Di media-media sosial pun kini ramai membicarakan 'telolet' sampai membuat meme tentang 'om telolet om'.

Beberapa orang membuat video kreatif:
Video Om Telolet Om (remix)

Atau meme seperti ini:


Jangan lupa komen "om telolet ooom"
Salam telolet ya om

Wajah Anak Metropolitan

Angin berhembus kencang malam ini

Sepertinya akan turun hujan lebat

Gelapnya malam menggelapkan duniaku

Sunyi

Sepi

Sendiri

Aku kesepian

Dimana Ayah?

Dimana Bunda?

Aku kedinginan

Dimana Ayah?

Dimana Bunda?

Kesunyian ini membuatku gila

Apakah aku masih hidup?

Lalu mengapa tak terasa hembusan nafas?

Aku telah hilang

Aku hilang dalam kegelapan malam

Aku hilang dalam kesepian

Hilang sendirian

Jakarta, 21 Desember 201

Minggu, 18 Desember 2016

Kakak, Tolong Selamatkan Lautku

Halo kakak!
Namaku Sekar, umurku baru empat tahun..
Aku tinggal di Kampung Akuarium. Sebuah tempat paling indah, tempat kelahiranku. Tapi kak, kata mereka orang-orang besar, kampungku sudah tidak ada di daftar di kelurahan? Benar itu, kak? Lalu dimana aku berada, kak?

Kakak...
Sekarang aku tidur diatas puing-puing bangunan, bersama teman-temanku, Akbar, Rizki, Ratih, dan lainnya. Untungnya masih ada orang baik hati memberi tenda untuk tempat aku dan teman-teman tidur. Walaupun angin laut menerpa kencang di malam hari.

Kakak, bagaimana di kota sana? Menyenangkan ya bisa tidur didalam kamar dan berselimutkan kain hangat. Untuk mandi pasti kakak nggak kesulitan air ya? Aku dan teman-teman harus berbagi air karena air bersih sudah susah disini.

Kakak, kapan aku bisa tidur dengan nyaman ya? Tiap malam aku kedinginan.

Kakak, berapa lama lagi aku dan teman-teman menikmati kerasnya puing bangunan sebagai alas tidur kami?

Di kota untuk makan dan mencari rupiah sepertinya mudah ya, kak? Sekolah pun kakak bisa setinggi itu...

Mencari ikan saja kini sulit. Ayah tidak bisa lagi mencari ikan di laut karna ikan-ikan sudah pergi jauh.

Kakak, sedikit lagi aku mau masuk sekolah TK. Tapi bangunan TK di kampungku sudah digusur. Aku ingin sekali bersekolah.

Kakak, reklamasi di kampungku sempat dihentikan, lalu dilanjutkan kembali. Ayah ibuku bersusah payah menuntut keadilan. Tapi rasanya tak akan ada keadilan untuk rakyat kecil.

Kakak, tolong selamatkan laut kami, laut kita, laut Indonesia...

Sabtu, 17 Desember 2016

yang Terlewat Hanya untuk Disesali

Masa kecil kamu, pasti pernah memiliki seseorang atau lebih yang kamu sebut 'sahabat'. Tentunya beda antara sahabat dan 'teman' yang hanya mengenalnya sekedar saja. Masa kecil yang indah, yang tidak akan bisa dibayar dengan berlian sekalipun. Saya masih ingat kala itu. Ketika saya sengaja berjalan sambil mendengakan kepala saat melewati depan rumahnya. 'Mencari Perhatian'. Terkadang kami saling mencela. Saling melempar pandangan sinis. Beberapa kali dia dan saya lakukan itu sampai akhirnya kami menyerah.

Singkat cerita, kami mulai berteman setelah perang dingin yang membosankan. Kami melakukan banyak kegiatan bersama. Belajar bersama, makan bersama, pergi ke masjid bersama, sampai melakukan kenakalan bersama. Suka, duka, banyak cerita yang kami lewati bersama tiap harinya.

Sampai tiba waktunya dia harus pergi untuk pindah rumah. Kami mulai jarang bersua terlebih kesibukan masing-masing dari kami di sekolah menengah. Pertemuan dan komunikasi tidak sesering dulu. Hingga kami putus kontak dan saya tidak mencarinya.

Waktu terus bergulir sampai pada akhirnya saya yang harus pergi pindah rumah, meninggalkan tempat yang menyimpan banyak kisah masa kecil saya. Beruntung saya masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan sahabat saya itu. Tapi setelahnya kami kembali putus kontak. Kesibukkan saya, teman-teman baru saya kini menggantikan posisinya yang dulu amat penting bagi saya.

Kamu pasti tau kalau penyesalan selalu datang terakhir, kan? Di akhir cerita hidupnya saya benar-benar menyesal. Menyesal karna tidak pernah mencarinya dan mencari tahu bagaimana kabarnya. Apalah dia sehat? Apa dia bahagia? Saya menyesal karna saya tidak ada di sampingnya saat masa-masa kritisnya. Bahkan saya tidak ada di sampingnya di hari saat dia meninggalkan saya untuk selamanya. Saat itu saya sadar, tapi terlambat untuk mencarinya. Karena saya tidak mungkin menemukannya di dunia ini. Tidak di dunia ini.

Begitu banyak waktu saya, tapi tidak sedikitpun saya mencarinya. Kini saya hanya harus berdamai dengan penyesalan. Mendoakan dia agar tenang disana dan mulai menjaga sahabat-sahabat saya. Sahabat, orang yang amat berpengaruh dalam hijrahnya diri saya.

Teruntuk sahabat masa kecilku yang hingga hari ini aku rindukan, semoga kamu tenang di sana. Maaf kalau aku belum menjadi sahabat yang baik untukmu. Semoga Allah mencintaimu.




#30DWC hari ke 17

Jumat, 16 Desember 2016

Cara Mengusir Kantuk Saat Sedang di Kelas

Setelah makan siang yang begitu nikmat biasanya kita suka mengantuk. Nasib kurang beruntung saat ada kelas siang dengan dosen killer. Mau tidur di kelas, takut diomelin. Mau nyimak tapi mata udah kedap-kedip kayak lampu disko. Jadi kayak Raisa, serba salah. Nah, disini saya mau berbagi pengalaman tentang hal-hal yang pernah saya lakukan saat lagi ngantuk di kelas.

1. Pura-pura nulis atau baca buku
Saat kamu menulis atau membaca, kepala kamu pasti menunduk sedikit. Nah, kamu bisa pura-pura nulis atau baca. Lalu kamu tidur. Dosen mungkin mengira kamu anak rajin yang selalu memperhatikan saat dosen sedang menerangkan. Tidur dapat, pencitraan juga dapat.

2. Makan boncabe level 15
Kalau kamu mengikuti pelajaran yang bikin ngantuk, cara ini bisa kamu persiapkan dan kamu coba. Pedesnya boncabe level 15 bisa bikin melek plus bonusnya mules-mules. Tapi cara yang satu ini cukup ampuh, loh.

3. Minta Dicubit
Dicubit pastinya memberi efek rasa sakit. Nah, dari rasa sakit cubitan itu bikin kita fokus sama sakitnya, jadi melek terus deh. Kalau bisa minta cubitnya sama teman yang punya tenaga luar biasa ya. Meleknya dapat, lebamnya juga dapat.

4. Cuci muka
Dari sekian cara, mungkin cara terakhir ini yang agak aman. Kamu hanya perlu izin ke toilet. Cuci muka sambil berlama-lama di toilet. Lalu masuk lagi ke kelas kalau jamnya udah mau habis.

Nah, itu dia cara yang mungkin bisa kamu coba saat lagi ngantuk di kelas. Kalau kamu punya cara versimu sendiri, sharing di kolom komentar ya! ^^


#30DWC Hari ke 16

Kamis, 15 Desember 2016

Seperti Hujan di Rawamangun

Hampir tiga tahun berlalu..
Aku masih orang yang sama. 
Seseorang yang menatap punggungmu dari belakang. 
Menyemangatimu dalam keletihanku. 
Mendoakanmu dalam kesepian.

Hampir tiga tahun berlalu...
Kamu masih orang yang sama.
Seseorang yang tidak akan memberiku harapan.
Menyapa kala kita berjumpa di jalan.
Berceloteh tentang hal-hal yang kamu suka.

Tidak ada yang berbeda...

Hanya saja kita semakin beranjak dewasa...

Aku ingat pertemuan dengan hujan malam itu,
meruntuhkan semua momen yang pernah terjadi.
Seperti saat kita bersua,
meruntuhkan semua yang pernah aku rasa.


UNJ, 15 Desember 2016

#30DWC hari ke 15

Rabu, 14 Desember 2016

Sakit

Kenapa melihatnya hanya membuat sakit?
Kenapa diam juga membuat sakit?
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Dingin memburuku dengan berjuta pertanyaan.
Hujan hanya saksi kenangan.

Aku terjerembab, jatuh pada lubang yang sama.
Luka yang lama belum kering dan terus menganga.
Menambah pilu dan sakit yang amat sangat.
Tidak apa, aku akan baik-baik saja.

Bekasi, 14 Desember 2016


#30DWC hari ke 14

Selasa, 13 Desember 2016

Bulan dan Bumi

Langit malam bersih tanpa hujan
Kemilau bintang terlihat terang
Kutanya bintang,
Dimana sang bulan?

Kulihat kau bersinar di gelapnya malam
Ingin aku menyapa bulan
Tapi tersadar,
Menggapainya saja tidak mungkin

Maafkan aku yang naif
Aku hanya bisa mengagumi terangmu di gelapnya malam
Karna aku tahu diri
Sampai kapanpun tak akan bumi dan bulan bersatu


Bekasi, 13 Desember 2016

#30DWC hari ke 13

Senin, 12 Desember 2016

Bertepuk Sebelah Tangan

Tak seindah bunga,
kau seperti adanya dirimu
Tak semewah berlian,
kau seperti adanya dirimu

Menggapaimu seperti menangkap angin
yang kudapat hanya hampa
Takdir begitu dingin
tak akan kita berjumpa

Bagai memeluk mawar
Rela aku terhunus duri
Yakin hatiku akan tegar
Meski harus menyakiti diri

Jakarta, 22 September 2016

#30DWC Hari ke-12

Minggu, 11 Desember 2016

Pelabuhan Terakhir

Teruntuk sebuah organisasi yang telah membuat saya merasa lebih hidup.

Kini sudah waktunya tongkat estafet perjuangan berpindah.
Kapal kami melabuh di sebuah pelabuhan perjuangan.
Sudah waktunya nahkoda kapal harus berganti.

Perjuangan ini memang tidak mudah, 
karena kalah mudah artinya sudah menyerah.
Menjaga ukhuwah mungkin salah satu senjata perjuangan kita.

Setahun kita lalui bersama semua kisah sedih, tawa, dan canda.
Allah menciptakan pertemuan untuk kita belajar, bukan untuk perpisahan
Kawanku, berjanjilah untuk tidak cengeng
Karena kita hidup bukan untuk bersedih

Cikoneng, 11 Desember 2016



#30DWC hari ke 11

Jilbab syari? Why not?

Jilbab kini bukan lagi barang asing bagi muslimah di Indonesia. Dahulu di Indonesia hanya segelintir saja yang bisa memakai jilbab. Dahulu jilbab dianggap barang asing. Tapi kini sudah banyak model-model jilbab dengan berbagai jenis bahan. Bukan hanya ibu-ibu tapi kini anak-anak perempuan hingga remaja putri banyak yang sudah memakai jilbab.

Tapi kamu tahu, nggak? Perintah untuk berjilbab ada loh di Al-Qur'an:

'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (Q.S Al-Ahzab: 59)

Tapi saya agak prihatin melihat muslimah yang kini berjilbab tapi seperti tidak berjilbab. Maksudnya adalah muslimah yang memakai jilbab hanya untuk menutupi rambutnya tetapi masih memakai baju dan celana ketat dan memperlihatkan bentuk tubuh. Pada surah Al-Ahzab di atas perintahnya adalah mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh. Dengan tidak memakai pakaian yang bisa membentuk bentuk tubuh.


Adapun surah An-Nur: 31

'Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.'.

Maka muslimah, jadilah sebaik-baiknya muslimah dengan memgamalkan Al-Qur'an. Alhamdulillah, kini sudah banyak muslimah berjilbab syari dan mengampanyekan jilbab syari. Nah, apakah kamu sudah berjilbab syari?

#30DWC hari ke 10

Jumat, 09 Desember 2016

Amniyah Cinta

Malam-malam panjangku berlalu dalam sendu
Rembulan menjadi saksi perjuanganku
Berbisik aku pada bumi
Berharap langit mendengar doaku

Kusematkan namamu dalam doa
Mengadu pada-Nya tentang rasa yang kusimpan rapat
Aku ikhlas jika tak terbalas
Biarlah cinta itu akan tetap tersimpan rapat
Menjadi rahasiaku bersama Tuhan dan semesta


Jakarta, 9 Desember 2016
#30DWC hari ke 9

Kamis, 08 Desember 2016

Dia?

Bangunan megah itu seperti kastil. Dijaga oleh banyak prajurit dan penjaga yang sangat ramah. Ragu aku melangkahkan kaki masuk. Ternyata putri kecil belum kembali. Baiklah, mungkin aku bisa menunggu beberapa saat. Putri kecil yang sangat ceria itu pulang. Tapi ia enggan bermain denganku. Setelah kubujuk rayu dia mau untuk bermain bersama

Mereka bilang, kerajaan ini punya seorang pangeran. Tapi dari hari pertamaku berkunjung belum juga aku melihat pangeran. Beberapa kali aku datang ke kastil itu lalu melihat foto-foto keluarga istana. Ah disana ada pangeran. Mungkin aslinya lebih baik daripada yang di foto. Pikirku.

Aku masih belum juga bertemu pangeran di kunjungan kesekian di istana. Ingin bertanya pada Ratu tapi rasanya aku terlalu ikut campur.

Sepertinya ini hari terakhirku berkunjung ke istana. Dan di hari terakhir ini aku bertemu pangeran. Lalu pupuslah harapanku. Karena aku sadar, langit dan bumi tidak akan pernah bersatu.


#30DWC hari ke-8

Rabu, 07 Desember 2016

Merindu Sendiri

Gambar: gungbaskoro.wordpress.com



Aku merindukannya seperti kemarau merindukan hujan
Aku tanpa dia seperti malam tanpa bulan
Jangan tanya mengapa air laut asin karena aku tidak tahu apakah dia takdirku

Tenang saja,
Aku akan mundur perlahan
Menjaga jarak mungkin lebih baik
Meski harus merindu dalam kesunyian

Maka biarkanlah aku pergi bersama waktu
Kisah telah kehilangan alurnya
Tokoh utama tak lagi kuasa menanti
Biarkan aku pergi bersama waktu,
dan merindu sendiri...


#30DWC HARI KE-7

Selasa, 06 Desember 2016

Rindu Bersama Senin

Kutanya Selasa...
Bolehkah kutitip rindu untuk Minggu?
Selasa bilang tak sanggup

Kutanya Rabu...
Bolehkah kutitip rindu untuk Minggu?
Rabu pun tak sanggup

Kutanya Kamis...
Bolehkah kutitip rindu untuk Minggu?
Tapi Kamis hanya diam

Kutanya Jum'at...
Bolehkah kutitip rindu untuk minggu?
Jum'at bilang ia sedang sibuk

Lalu kutanya Sabtu...
Sabtu, bolehkah kutitip rindu pada Minggu?
Sabtu menjawab,

Hay Senin, kau hanya menunggu esok untuk bertemu Minggu
Walaupun harus menunggu lima hari
Karena berjuang tidak ada yang mudah
Kalau ada itu artinya kau sudah menyerah



#30DWC Hari ke-5

Minggu, 04 Desember 2016

Dibalik 212


Pagi saya terbangun saat langit mulai cerah, bergegas mandi lalu sholat subuh. Setelahnya saya merasa ada yang aneh. Saya cari. Benar saja, adik laki-laki saya tidak ada dirumah pagi ini. Saya tanya mama saya, ternyata adik saya sudah pergi ke Monas sejak subuh. Sepanjang pagi berita di tv menyiarkan siaran langsung Aksi Super Damai 212. Walau tidak dibolehkan untuk pergi ikut Aksi, saya tetap memakai dresscode putih. Walaupun tidak bisa ikut bertakbir bersama ribuan umat islam lainnya, diam-diam saya takbir dalam hati.

Sepanjang perjalanan saya ke kampus, selalu saya temui rombongan orang-orang berpakaian putih dalam bis atau konvoi motor. Melihatnya seperti jamaah haji. Mulai dari jalan tol hingga jalan raya banyak sekali orang berpakaian putih. Di transjakarta saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu. Iya berkomentar melihat banyak orang-orang berpakaian putih tersebar di jalan dan tentang aksi yang  nantinya hanya membuat rusuh. Saya hanya tersenyum, memberi sedikit pengertian tapi tidak memaksa. Ibu itu hanya mangut-mangut dan tersenyum kecil.

Konvoi motor melewati bis. Dan saat itu hati saya bergetar. Gema takbir dan sholawatan mengaung di sepanjang jalan. Ramainya ibu kota tidak mengalahkan suara takbir dan sholawat itu. Bahkan mereka iring-iringan dengan tertib tanpa ugal-ugalan. Lalu dimana letak rusuh nya? Tanya saya dalam hati. Ini betul namanya 'super damai'.

Sampai waktu siang dan aksi bubar saya hanya mendapat kabarnya dari berita online atau pun teman saya yang ikut aksi. Aksi sangat damai dan lancar. Ah, menyesal rasanya. Tapi saya terenyuh hari itu. Aksi hari itu benar-benar damai. Dan membungkam mulut-mulut mereka yang suka berbicara seenaknya tentang aksi bela islam. Andai saja mereka tahu sebesar apa pertolongan Allah kepada manusia yang menolong agama-Nya.

Sabtu, 03 Desember 2016

Perempuan

Aku dan takdirku..
Mencuri sebilah tulang rusuk
Menunggu untuk mengembalikan

Aku dan takdirku..
Surga di telapak kaki ku
Menjadi seorang yang menghargai dan dihargai

Aku dan takdirku..
Dari rahimku lahir khalifah baru
Pembangun peradaban yang baru

Aku dan takdirku..
Berjuang menjaga kehormatanku
Menjaga agamau, menjaga mahkotaku


Bekasi, 24 Oktober 2016

Jumat, 02 Desember 2016

Tidak Usah Menyesali Penyesalan

Penyesalan selalu datang terakhir. Dari seluruh manusia di muka bumi kamu salah satunya pasti pernah merasakan penyesalan yang suka datang terlambat itu.

Andai saja kamu bisa menghukum penyesalan yang jdatang terlambat seperti kamu dihukum saat terlambat datang di upacara hari senin. Hmm, apakah itu menyelesaikan masalah?

Tapi kawan, kalau penyesalan itu datang 'on time', bagaimana hidup ini? Tentu menyenangkan. Tidak pernah kita melakukan kesalahan karna penyesalan datang di waktu yang tepat untuk mengingatkan.

Dan dengan itu, kita tidak akan tau bagaimana rasanya menyesal. Maka dengan itu pula kita tidak akan tau pula rasanya belajar dari kesalahan.

Dari segala apapun yang suka terlambat, biarlah yang satu ini. Biarlah penyesalan sesuai kodratnya untuk datang terlambat dan menjadi pelajaran tersendiri bagi kita. Tidak usah menyesali penyesalan yang suka datang terlambat.

Mungkin diri kita lah yang seharusnya 'on time' sebelum penyesalan itu datang.

#30DWC Hari ke-2

Kamis, 01 Desember 2016

Diam





Diam..
Mungkin kau kira aku bisu
Tidak, aku hanya memenjarakan lisan ku
Jika ia bebas, ia bisa menyakiti hati

Diam..

Mungkin kau kira aku tuli
Tidak, aku hanya memenjarakan pendengaran ku
Aku takut ia mendengar yang tidak harus ku dengar

Diam..

Mungkin kau kira aku buta
Tidak, aku hanya memenjarakan penglihatan ku
Biarkan aku melihat dengan hati
Biarkan aku diam

Tapi tidak kubiarkan imanku diam



Bekasi, 7 November 2016



#30DWC hari ke-1
This entry was posted in

Minggu, 23 Oktober 2016

Kanvas Muram




Aku menanti seperti kanvas polos

Menunggu dilukis dengan goresan cinta

Lalu kau datang menggenggam kuas, menatapku

Hatiku nelonjak senang

Ku kira itu kamu, takdirku

Tapi kau hanya lewat saja

Tanpa menggores sedikit tinta

Kini aku harus menunggu seribu tahun lagi

Menanti pemilik tulang rusuk yang kucuri

Aku menanti seperti kanvas yang muram



Bekasi, 24 Oktober 2016
This entry was posted in

Jumat, 30 September 2016

Mahasiswa Bukan (Masih)siswa

Agustus 2014, dua tahun berlalu sejak saya menginjakkan kaki di sebuah tempat yang saya nggak pernah bayangin bisa ada di sini. Saya masih ingat, seorang diri kebingungan kesana kemari nyari loket FMIPA. Akhirnya ketemu dan dikejutkan dengan antrean panjang verifikasi berkas SNMPTN. Lolos verifikasi saya kira udah bisa jadi mahasiswa.

Ternyata untuk menjadi mahasiswa sungguhan nggak sampai disitu aja. Saat itu saya baru dengar istilah MPA (Masa Pengenalan Akademik). Wajib diikutin untuk setiap mahasiswa baru. Mungkin sejenis MOS yang dimarah-marahin dan pakai atribut nggak jelas, pikir saya. Ternyata nggak separah waktu MOS.

Saat MPA, saya dan teman-teman disuruh datang jam 5 pagi! Kuliah aja nggak ada yang jam 5 pagi! Lagi pula belum ada angkot sepagi itu. Saya pernah sekali terlambat 2 menit datang MPA. Saya kira paling dihukum push up atau lari di lapangan seperti jaman SMA dulu. Ternyata ini hanya pikiran ala anak SMA. Bukannya disuruh push up saya malah disuruh bikin esai refleksi diri. Padahal telatnya cuma 2 menit, loh. Akhirnya saya sadar, ada dosen yang nggak menolerir keterlambatan.

Di MPA juga ada penugasan, disuruh bikin esai tentang mahasiswa ideal. Saat SMA dulu biar tugas cepat kelar saya hanya copy paste artikel dari mbah gugel. Cara yang sama saya lakukan untuk bikin penugasan esai, toh hanya dikumpulkan. Lagi-lagi ini pikiran ala siswa, ternyata esainya di cek dan...ketauan deh. Esai saya dan beberapa orang dicap plagiasi. Wah, nggak nyangka. Saya juga sadar, skripsi nanti kalau ketauan plagiasi bisa dituntut hukum, tuh.

Dari MPA akhirnya saya belajar banyak kalau dunia kampus dan masa SMA itu beda. Kita disiapkan untuk menjadi mahasiswa sejati bukan siswa yang manja.

Mahasiswa baru biasanya mengalami shocking culture. Karna berbeda budaya saat SMA dan budaya kampus. Saya dari Fakultas MIPA, yang terkenal religiusnya. Saat menjadi maba dulu saya merasa asing dengan budaya MIPA yang religius dan budaya kampus yang begitu intelek. Lalu saya disadarkan lagi kalau saya bukan lagi siswa yang berpikiran sempit dan menghabiskan waktu mencari hiburan. Sekarang saya amat bersyukur ada di tempat ini. Tittle 'Maha' kini tersemat dalam status kita saat ini. Sudah seharusnya cara berpikir dan tingkah laku mahasiswa lebih baik dari siswa.

Dan teruntuk adik-adik saya, Penakluk Peradaban (FMIPA'16), saya hanya berharap kalian mampu menaklukkan jalan juang kalian untuk empat tahun ke depan. Sudah bukan saatnya duduk diam lalu mengoceh sendiri, bangun dan lantangkan kebaikan. Karna kita, kalian bukan lagi siswa tapi mahasiswa.

Hidup Mahasiswa

Senin, 26 September 2016

Senyum Terakhir

Pagi ini ku tebar senyum pada dunia
Tapi dunia malah muram
Malam ku tebar senyum pada dunia
Tapi dunia nampak tak senang

Pagi gelap gulita
Malam terang benderang
Tak peduli,
aku tetap tersenyum pada dunia
Berharap,
Esok dunia membalas senyumku

Esok tiba,
dunia tak akan membalas senyumku
Karna hari itu, hari terakhir dunia melihat senyumku




Jakarta, 26 September 2016

This entry was posted in

Minggu, 25 September 2016

Negeri Sandiwara

Negeriku bagai syurga..
Aman, bersih, dan indah
Tak ada anak kelaparan karna padi melimpah
Semua bisa kudapat dengan mudah

Negriku bagai syurga..
Semua orang baik dan ramah
Para pemimpin yang amanah
Rakyat tentram sejahtera

Ini negeri syurga!
Minta saja uang.. Uang.. Uang..
Kau dapat uangmu!
Minta saja tahta
Kau dapat tahta

Inilah negeriku.. Negeri sandiwara





Jakarta, 22 September 2016

This entry was posted in

Rabu, 24 Agustus 2016

Terlena

Terlena ku pada waktu
Kala luang menjadi terbuang
Kala padat tak ada tempat

Terlena ku pada usia
Pikirku di kala muda, tua itu masih panjang
Saat masa itu datang, menyesal rasanya

Terlena ku pada manusia
Mereka semua baik, ternyata tidak
Mereka semua sama, ternyata tidak

Terlena ku pada harta
Bahagia rasanya memiliki segala
Lalu gigit jari saat segala itu habis

Terlena ku pada dunia
Kuberikan seluruh untuk dunia
Kemudian akhirat membenciku

Terlena ku terlena..

•••

Lebih sering kita memikirkan hal tidak penting, dibanding hal yang lebih penting.

Lebih sering kita melakukan hal tidak berguna, dibanding hal yang banyak guna.

Lebih sering kita meminta yang disuka, dibanding yang dibutuhkan.

Lebih sering kita menyerah, dibanding bangkit lagi.

Lebih sering kita percaya, dibanding mencari tahu.

Lebih sering kita membuka layar ponsel, dibanding membuka Al-qur'an.

—piyi

Minggu, 14 Agustus 2016

Menjemput Cita dan Cinta di Kampung Rawadas

Rawadas adalah sebuah kampung kecil yang letaknya bersebelahan dengan Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa. Siapa yang sadar? Kampung kecil ini berada di ibu kota negara Indonesia—Jakarta.

Tidak masalah dengan letak. Kampung Rawadas kini menjadi persinggahan baru bagi para aktivis kampus pegerakan intelektual.

17 hingga 23 Juli 2016, peserta Pelatihan Kepemimpinan Mahiswa UNJ melaksanakan rangkaian pelatihan berupa pengabdian masyarakat di kampung Rawadas. Diawali dengan analisis sosial dan lingkungan pada Minggu, 17 Juli 2016. Penduduk sekitar merupakan kalangan menengah kebawah dengan profesi kebanyakan pemulung dan pedagang kecil. Rumah-rumah terlihat tidak permanen—tanpa tembok dan atap genteng, melainkan dinding yang hanya dibalut semen atau dari kayu dan beratap asbes. Setelah ditelurusi ternyata pemukiman yang amat dekat dengan TPU ini bisa saja suatu waktu digusur untuk perluasan TPU.  Saluran air yang dangkal di sekitar pemukiman terlihat penuh serta menghitam. Ditambah minimnya tempat sampah dan tidak adanya tempat pembuangan akhir.

Saat pertama memasuki wilayah kampung Rawadas, terlihat sebuah saung yang ternyata adalah tempat belajar anak-anak warga setempat. Kondisinya tidak bisa dibilang bagus. Dinding yang mengelilingi tidak tertutup walau hanya sebatas pinggang akhirnya hanya ditutup dengan banner agar tidak terlalu basah saat kena tampias hujan. Masalah lain datang dari atap yang banyak lubangnya.

Seluruh kondisi ini membuat para peserta harus memutar otak. Berdiskusi mencari solusinya. Didapatkan hasil harus mencari dana sebanyak 34 juta untuk pembangunan tempat sampah, saung baru, dan renovasi saung.

Selama sekitar 4 hari peserta mencari dana dari donatur maupun menjual berbagai makanan dan minuman. Didapat dana sebanyak Rp28.999.100,00. Memang tidak mencapai target tapi cukup untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan.

Satu minggu lamanya para peserta berjibaku dengan warga setempat merenovasi saung, membangun saung baru, dan tempat sampah. Selain itu ada pula kegiatan belajar sambil bermain dengan anak-anak warga dan memberikan ilmu keterampilan seperti membuat bross pada ibu-ibu. Alhamdulillah niat baik kami disambut dengan baik pula oleh warga.

Hari terakhir kami di kampung Rawadas, kami membuat sebuah pesta rakyat. Menampilkan pentas seni dari adik-adik yang sudah kami latih. Mengumpulkan warga setempat pula.

Seminggu sudah kami di kampung Rawadas. Mengabulkan mimpi bagi langkah-langkah kecil anak kampung Rawadas yang ingin belajar dengan nyaman. Seminggu sudah tiap kali kami mau ke kampung Rawadas harus melewati pemakaman, seolah diingatkan pada tempat kita akan kembali. Seminggu sudah. Di hari terakhir, wajah-wajah ceria adik-adik mulai terlihat muram. Tidak ingin ditinggal. Juga dengan kami. Akan selalu rindu dengan adik-adik di kampung Rawadas. Sesekali kami akan kembali kesana menyapa cinta yang menunggu kami tiap harinya.

Saya merasa bersyukur. Menjadi bagian dari keluar ini. Keluarga PKM UNJ 2016. Mengajarkan saya banyak hal baru dalam satu minggu. Pelajaran hidup adalah ilmu berharga yang saya dapat disini. Terima kasih teruntuk panitia atas kesempatannya. Semoga kelak kami para peserta bisa menjadi apa yang panitia inginkan, menjadi apa yang bangsa ini harapkan—pemuda yang dirindukan bangsa.

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Hidup Pendidikan Indonesia!


(Walaupun masa pengabdian kami sudah selesai terkadang kami masih suka datang ke kampung Rawadas. Menyelesaikan hal yang belum tuntas atau sekedar bertemu adik-adik. Adik-adik itu...mereka menangis saat kami pergi. Sungguh dik, kami tidak akan pergi. Sebagian cinta kami tertinggal di kampung Rawadas. Tegar lah dik, dan jemput cita-citamu. Buat bangga orangtua dan bangun Indonesia Madani.)

Sabtu, 06 Agustus 2016

Sebut Aku Bodoh





Aku punya mimpi. Mungkin tiap orang punya mimpi. Tapi aku bingung, apa mimpiku? Saat aku bermimpi untuk sesuatu, aku berpikir tidak akan menjadi nyata. Bagaimana caranya aku bisa mewujudkan mimpi itu?

Kesempatan datang silih berganti. Menyapaku diriku yang membisu. Aku seperti penonton yang terlarut dalam drama, menonton para pemain itu terus bergerak dengan tujuan. Aku hanya membisu, dan melewati kesempatan-kesempatan. Menyisakan penyesalan.

Sebut aku bodoh. Bahkan aku masih diam dan masih menghitung peluang berapa banyak kesempatan lagi yang akan datang. Masih terus berangan bahwa aku bermimpi.

Aku lelah bermimpi. Aku lelah hanya membisu. Aku lelah menghitung. Aku lelah menunggu. Aku akan bangkit. Aku akan mewujudkan mimpi-mimpi itu. Aku hampir saja sampai. Padahal aku belum melakukan sesuatu. Sebut aku bodoh. Ternyata aku hanya bermimpi. 

Darimana aku harus memulai mewujudkannya?



Sabtu, 23 Juli 2016

Public Relation

PKM UNJ 2 hari pertama yang dilaksanakan pada hari rabu, 14 Juli 2016, di gedung FMIPA ruang 1.6-1.7 berlangsung dari pukul 08, pertama adalah penyampaian materi. Materi yang dibahas kali ini adalah tentang "Public Relation" yang narasumbernya adalah oleh Bapak Yusro selaku mantan Kadept. Sospol BEM UNJ dan salah satu founder dari KPM UNJ, yang di moderatori oleh kak Hafizh (Matematika 2013). Berikut beberapa poin dari materi yang disampaikan:

Public Relation (Relasi Publik) merupakan aktivitas untuk mengelola komunikasi antar organisasi dan publiknya dengan cara memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya.
Beberapa tujuan dari PR antara lain: memberikan penerangan kepada masyarakat, melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, dan berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya
PR dalam organisasi. Syaratnya: Kemampuan untuk berkomunikasi, mengatur, berbaur, berkepribadian integritas, dan berimajinasi.
Esensi PR antara lain: memperoleh good will kepercayaan saling pengertian, menciptakan opini publik yang favourable menguntungkan semua pihak, dan untuk menciptakan hubungan yang harmonis.

Setelah materi selesai, acara dilanjutkan dengan arahan oleh kak Icha mengenai tugas peserta selanjutnya, yaitu selama kurang lebih 40 menit, kami diharuskan mempersiapkan penampilan sosio-drama yang masing-masing kelompok yang berjumlah empat mendapatkan masing-masing satu tema. Keempat temanya antara lain: Isu Reklamasi Teluk Jakarta, Bom Sarinah, Vaksin Palsu, dan Tax Amnesty. Kelompok pertama yang maju mementaskan drama yang mereka ciptakan sedemikian rupa sehingga selain mendapatkan kejenakaannya, kami juga bisa memahami isu tersebut. Setelah sosio drama adalah presentasi penugasan dari tiap kelompok.

PKM UNJ 2 hari kedua, masih ditempat yang sama. Acara dimulai sekitar pukul 08 agendanya adalah masih presentasi kelompok lanjutan hari kemarin. Setelahnya yakni persiapan untuk PKM UNJ 3.

Ada apa di PKM UNJ ? Nantikan ceritanya!

Senin, 04 Juli 2016

Ketika Ramadhan Akan Pergi

Ketika Ramadhan akan pergi
Namun rindu belum terobati
Menyisakan banyak harapan 
Berharap masih ada kesempatan

Ketika Ramadhan akan pergi
Tangis sesal itu kembali
Waktu terbuang tanpa amalan
Dosa melimpah tanpa ampunan

Ketika Ramadhan akan pergi
Baru tersadar akan maksiat
Teringat pada Sang Pemberi Rahmat
Lalu terburu untuk taubat

Kawan, Ramadhan akan pergi…
Entah kapan akan kembali
Kawan, terus kejar amalanmu…
Bagaimana kalau ini Ramadhan terakhirmu?

...


Bismillah...
Sudah 29 hari terlewati sudah kita berpuasa. Menahan lapar dan haus. Menahan hawa nafsu. Tidak terasa, kawan. Satu malam lagi kita bertemu hari itu. Hari kemenangan. 

Apa saja yang sudah kamu persiapkan, kawan? Lusinan topless berisi kue? Baju baru? Ketupat dan opor?

Ah, tanpa itu semua kita masih bisa mendapat hikmah, kawan. Kita hanya perlu mempersipkan niat. Ya, niat untuk istiqomah dengan ibadah yang meningkat semenjak Ramadhan.

Sedih, terasa cepat Ramadhan akan pergi. Tapi kawan seharusnya ibadah itu juga tidak ikut pergi bersamanya. Sebenarnya bukan Ramadhan yang kita sembah tapi Allah. 29 hari kemarin kita beribadah bukan karna Ramadhan tetapi untuk Allah. Mungkin hal ini pernah terjadi pula di diri saya dan juga kawan-kawan, saat Ramadhan pergi, pergi pula semangat ibadah itu. Naudzubillah... Semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati kita untuk tetap istiqomah. Aamiin

Kita tidak tahu sampai kapan Allah meminjamkan ruh pada raga ini. 
Kita tidak tahu apakah tahun depan masih bisa kita berjumpa dengan Ramadhan.
Kita tidak tahu apakah Ramadhan tahun ini adalah Ramadham terakhir kita.
Wallahualam...

Kita hanya bisa memohon pada Allah untuk dipertemukan lagi dengan Ramadhan-ramadhan berikutnya dan memaksimalkan ibadah di satu malam terakhir yang tersisa kini...



Senin, 20 Juni 2016

Menjadi Pemuda yang Dirindukan Bangsa

[REPORT PKM UNJ 1]
17-19 Juni 2016

"Menjadi Pemuda yang Dirindukan Bangsa"



HARI KE-1


Bertempat di kampus E UNJ PGSD, Setiabudi, peserta memasuki aula yang terletak dilantai 3. Acara dimulai pukul 13.30 WIB, dibuka dengan menyanyikan lagu indonesia raya dan totalitas perjuangan. 

Materi yang akan dibahas kali ini adala "Manajemen Isu dan Opini Publik" dinarasumberi oleh Bpk. Muhammad Tri Andika selaku mantan ketua BEM UI, yang di moderatori oleh kak Robi Robani. 

Beliau mengatakan dengan menjadi aktivis ada konektivitas yang kuat antara kehidupan dikampus dengan realita yg ada. Saat ini orang orang melihat bahwa perspektif "gerakan" mahasiswa tidaklah segencar dulu. 

Menurut Locke Law, "hukum yang dipercaya oleh publik adalah opini"
Opini menjadi patokan masyarakat untuk menilai benar atau salah, dimana saat ini persepsi lebih penting dibandingkan hukum itu sendiri. 
Opini/ persepsi menjadi faktor strategis untuk mencapai suatu kepentingan, bahwasanya dalam era ini persepsi lebih penting dari fakta. 

Apa yg membedakan Publik dengan Massa?

Publik adalah sekumpulan orang yang well inform, well educated, sudah terstruktur dan cendrung lebih solid. Sedangkan Massa adalah sekumpulan orang yang belum tercerahkan, kurang berpendidikan, tidak terstruktur, dan mudah dipecah belah. 
Opini "publik", "publik" menjadi alat legitimasi sebagai kata pembenar dalam suatu pernyataan.
Fakta bisa menjadi dasar opini, tetapi opini belum tentu berdasarkan fakta
Ada beberapa element dari opini publik, diantaranya:
- terdapat isu
- publik dan isu
- pembelahan posisi publik (pro/kontra)
- muncul opini
- pelibatan aktor publik. 

Isu -> kepedulian sosial/ respin masyarakat -> kelompok yang berkepentingan -> terlahirnya kebijakan.
  • Spiral of silence
Spiral of silence adalah opini yang mendorong untuk memunculkan (persepsi) kelompok yang merasa sebagai minoritas sehingga mereka memilih untuk menyembunyikan pandangan/ pendapatnya. 
  • Media
Kekuatan media adalah untuk mengembangkan/ membangun propaganda yang membentuk opini/ persepsi publik. 
  • Hiperrealitas= pembauran
Tujuannya agar publik tudak bisa membedakan mana yang realita mana yang rekayasa. Sehingga mnimbulkan keadaan dimana rekayasa dianggap fakta, fantasi dianggap realita, masa lalu sama dengan masa kini. 

Hiperrealitas media menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga keadaannya semakin remang remang, sehingga kepalsuan informasi dianggap sebagai kenyataan, isu isu yang beredar lebih dipercaya dari kebenaran faktual. 


Penggunaan hiperrealitas untuk tujuan yang salah akan menyebabkan dampak, diantaranya:
- inflasi informasi, banyaknya informasi dan mudahnya sekarang mendapatkan informasi menyebabkan lahirnya generasi instan. 
- disInformasi, banyaknya informasi yg tersaji membuat kita menjadi bingung untuk mengkonsumsi informasi yang mana.
- depolitisasi
- junk informasi
- hipermoralitas, hilangnya batas batas moral dalam menyajikan informasi. 

Setelah materi selanjutnya istirahat sholat ashar, setelah itu semua peserta di kumpulkan dilapangan sd PGSD UNJ untuk kumpul kelompok perdana, perkenalan, pembagian jobdesc, dan pemilihan ketua kelompok. Hingga akhirnya peserta dibubarkan kurang lebih pada pukul 16.30.




HARI KE-2

Hujan deras dari malam hingga pagi hari ternyata tidak menyurutkan semangat para calon pemimpin untuk tetap hadir dalam rangkaian PKM UNJ 1. Hari kedua PKM UNJ 1 bertempat di aula Daksinapati gd.FIP, walaupun sempat ada sedikit masalah hingga waktu acara diundur tetapi acara berjalan dengan baik. Kali ini materi yang dimulai pukul 10.16 WIB membahas "Rekayasa Sosial" menghadirkan pak Jonru Ginting yang cukup fenomenal di dunia maya.

Rekayasa Sosial tanpa kita sadari ada disekitar kita. Salah satu cara mencegah adanya rekaya sosial tersebut adalah dengan kita menjadi 'Agen Perubahan'. Untuk menjadi Agen of Change kita harus mempunyai:
- Power
- Leadership 
- Mentality
- Morality
  • Power
Power atau kekuatan mencakup kekuatan dalam jabatan, uang, ilmu, pemikiran, keahlian, informasi, karya, inovasi, teknologi, prestasi, pengabdian, dan kharisma.
  • Leadership
Leadership atau kepemimpinan dapat merupakan bakat alamiah, dipelajari, dilatih, dan pengalaman
  • Mentality
Mental lebih penting dari keahlian. Kita harus siapkan mental dahulu. Mental mencakup percaya diri, pantang menyerah, disiplin, konsistensi, semangat, karakter dan akhlak.
  • Morality
Seorang agen perubahan juga harus mempunya moralitas.

Rekayasa sosial ibarat perang, untuk perang dibutuhkan senjata berupa power, leadership, mentality, reality. Tanpa keempat poin tersebut tidak bisa melakukan perubahan.

Setelah pemaparan materi ada sesi tanya jawab. Banyak yang bertanya, terlihat jelas para calon pemimpin kritis. Adzan Zuhur mengakhiri agenda pada hari itu. Tak lupa panitia mengingat bahwa masih ada satu lagi rangkaian PKM UNJ 1.




HARI KE-3

Rangkaian PKM UNJ Hari ke-3 ini dihadiri sedikit lebih banyak peserta. Bertempat di ruang 1.6-1.7 gd.FMIPA kampus B, pemaparan materi di mulai sekitar pukul 10.20 WIB. Materi tentang Counter Intelligence dipaparkan dengan amat interaktif oleh pak Mosses Caesar Asas, S.Pd, M.Sc.

Counter Intelligence adalah pencegahan agar pihak musuh tidak mendapatkan informasi yang dapat membahayakan keamanan melalui penerapan siasat yang menggunakan metode yang bertentangan (kontra) dengan pihak musuh. Jika intel diabaikan, maka teknologi tak ada gunanya. Mengapa informasi begitu penting? Karena untuk mengambil keputusan sangat bergantung pada informasi yang dimiliki.

Mekanisme melakukan Counter Intelligence:
Sinyal -> data -> informasi -> pengetahuan
dengan memahami ancaman dapat melakukan Counter Intelligence.

Seiring pertumbuhan manusia yang meningkat drastis sekitar 1 miliar setiap tahunnya, diprediksi akan sampai pada suatu masa dimana energi positif berupa energi hayati di negara-negara utara. Negara yang energi hayatinya habis akan mencari energi di wilayah ekuator (Indonesia, afrika bagian selatan, amerika bagian selatan) dan memungkinkan terjadinya konflik. Konflik yang terjadi karena latar belakang energi. Maka bela negara adalah salah satu strategi Counter Intelligence dan strategi tersebut unpredictable. 

Maka kita sebagai pemuda bangsa harus bisa membela negara kita. Bela negara termasuk dalam: 
  • cinta tanah air, tanpa cinta tanah air akan sulit untuk bela negara
  • disiplin dan tanggung jawab
  • kritis, dll
Lagi, adzan zuhur berkumandang mengakhiri rangkaian terakhir PKM UNJ 1. Ketiga rangkaian PKM UNJ 1 tersebut membuat saya sadar, membuat saya tergerak. 
Negeri ini.... merindukan pemudi-pemuda tangguh bermental baja.