Senin, 11 April 2016

Calon Pendidik Wajib Baca



Gambar: www.wingclips.com


Sekitar dua hari yang lalu, tepatnya hari Sabtu tanggal 9 April 2016, saya mengikuti sebuah agenda yang masih rangkaian acara TER (Training For Education Reformers) yang diadakan oleh Eduwa UNJ. Agenda hari itu adalah Edu watch dan bedah buku. Nonton film bareng bertema pendidikan. 

Hmm... saya penasaran film apa yang akan ditayangkan oleh panitia nanti...
Beberapa peserta sudah berkumpul di ruangan. Menahan gejolak penasaran dengan apa yang akan ditayangkan. 

Freedom Writers. Itu judul film yang akan ditayangkan. Mendengar judulnya, saya kira filmnya tentang kiat-kiat menjadi penulis hebat atau semacamnya yang berhubungan dengan kepenulisan (maklum kebawa hobi hehe..) tapi ternyata..... wow! Kalau kamu penasaran, bisa minta filenya sama kakak panitia^^


Film Freedom Writers diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru untuk membangkitkan semangat belajar para muridnya. Sebut saja guru ini Bu Erin. Bu Erin adalah guru baru di Woodrow Wilson High School, wilayah Amerika Serikat. Masih guru baru, tapi ditempatkan di kelas 'khusus' yang menampung anak-anak korban perkelahian antargeng gitu (kalau di Indonesia, semacam pelajar yang suka tawuran gitu kali ya), karena banyak guru yang tidak tahan dengan kelakuan kedua kubu ini. Di dalam kelas, kedua kubu tersebut duduk sesuai kubunya. Tidak ada anggota suatu kubu yang bergabung dengan kubu lainnya. Padahal mereka satu kelas, tapi suasananya.... ibarat 'senggol dikit bacok'.

Sebagai pendidik, Bu Erin harus cari cara untuk menghadapi murid-muridnya ini. Bu Erin meminta seluruh muridnya untuk menulis apapun yang mereka suka, bebas, di sebuah buku harian. Buku harian ini tiap harinya akan dikembalikan lagi pada Bu Erin. Ternyata cara ini berhasil! Dari tulisan-tulisan muridnya, Bu Erin akhirnya paham dengan apa yang harus ia lakukan. Ia harus menyadarkan mereka bahwa perkelahian bukan segalanya. Bu Erin juga mengajar dengan cara yang unik, mencoba menyadarkan mereka bahwan pendidikan akan membawa kehidupan mereka ke arah lebih baik. Sampai akhirnya mereka, murid-murid bu Erin, menjadi orang pertama di keluarga mereka yang mampu melanjutkan pendidikan.

Nah, selain nonton film bareng, ada sesi 2, nih! Bedah Buku! Bedah buku yang juga bertemakan pendidikan. Kelompok saya berkesempatan membedah buku berjudul Totto-Chan. Tau kan si gadis asal Jepang ini? Awalnya saya kira buku ini seperti novel-novel romansa lainnya, ternyata isinya..  wow! Penasaran? Baca aja^^

Totto-Chan nama aslinya Tetsuko Kuroyanagi merupakan penulis aslinya yang menceritakan pengalamannya dalam buku ini. Totto-Chan adalah gadis kecil yang sangat ceria dan penuh semangat untuk sekolah. Tapi sayangnya ia di keluarkan dari sekolah. Guru-guru tak sanggup lagi menghadapi Totto-Chan. Sikap Totto-Chan dianggap aneh, mulai dari sering membuka-tutup meja dengan suara yang mengganggu sampai berdiri di dekat jendela untuk menunggu pemusik jalanan yang lewat kemudian memanggil dan meminta mereka untuk memainkan lagu. Totto-Chan tidak tahu bahwa ia dikeluarkan. Ibunya tidak ingin ia merasa tertekan.

Tomoe Gakuen merupakan tempat yang menyenangkan bagi Totto-Chan. Juga Kepala sekolahnya yang menyenangkan. Belum pernah ada orang dewasa mau berlama-lama mendengar celoteh anak kecil, dan Kepala Sekolah mendengarkan Totto-Chan bercerita berjam-jam! Di Tomoe Gakuen para murid bebas memilih urutan pelajaran yang di sukai. 

Terkadang belajar tidak hanya diruang kelas, tapi juga di gerbong kereta yang disulap menjadi kelas. Di Tomoe Gakoen, Totto-Chan banyak belajar tentang persahabatan, saling menghormati dan menghargai.

Berkaca pada pendidikan di Indonesia. Banyak siswa-siswa yang suka tawuran antar sekolah, sering kali karena masalah sepele. Ada pula siswa yang berbeda dengan siswa lainnya. Mungkin ada beberapa guru merasa malu dengan kelakuan mereka, lelah, geram, hingga akhirnya menciptakan label 'anak nakal' dan semacamnya pada mereka. Menurut teori labeling, label yang diberikan pada mereka akan menempel pada mereka. Seharusnya sebagai pendidik, bukan hanya sekedar mengajar, kita harus mampu mendidik mereka. Bukan mendidik dengan menyalurkan ilmu saja, mendidik akhlak dan perilaku juga. Kita juga harus memahami dunia mereka, bukan memaksa mereka memahami dunia kita. Murid adalah amanah guru. Orangtua mereka menitipkan anaknya di sekolah untuk dididik dengan benar. Tapi masih banyak guru yang belum memahami ini. Semoga saja pendidikan di negeri ini bisa lebih baik. Mampu memanusiakan manusia dengan pendidikan.

Agar lebih dapat feelnya, kamu bisa nonton film Freedom Writers dan baca buku Totto-Chan. Di jamin seru! Terima kasih juga untuk panitia yang telah mempertemukan saya dengan Freedom Writers dan Totto-Chan

Sangat-sangat menginspirasi sekali^^

Hidup Pendidikan Indonesia!

5 komentar:

  1. Apriiiiiiil, kasih info ya kalo ada acara2 kereeen di UNJ :)
    Naksiiiiir ini mau ke sana hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. weeeeh ada yg naksir unj wkwk, siap kaaak insyaa Allah di kabarin^^

      Hapus
  2. Wetsett Keren Beneer// Semangat yaa Mengikuti TER

    BalasHapus