Minggu, 10 April 2016

Aku dan Si Hijau

Mahasiswa, namanya seperti Mahameru. Puncak gunung tertinggi di Jawa yang amat mempesona. Mahasiswa, tingkat tertinggi pelajar. Jaket almamater adalah ruh seorang mahasiswa. Kelak almamater itu pun akan meminta pertanggungjawaban.

Apakah selama ini ia hanya tersimpan rapih dibalut aroma pewangi di dalam lemari? Atau beraroma keringat perjuangan?

Dialah sahabatku. Yang menemani hari-hariku di jalan juang ini. Si Hijau yang mempesona. Tak peduli kalah brand dengan Si Kuning, Si Biru, ataupun Si Kargon. Si Hijau tetap sahabatku. Yang selalu ingin kutunjukkan pada orangtuaku, aku sedang mengemban amanah dari mereka. Di sanalah aku mengingat rakyat yang haknya harus kuperjuangkan. Dari rakyat aku bisa menduduki bangku kuliah. Dari rakyat aku bisa bernafas disini. Maka untuk rakyat ia kupergunakan. Ada amanah rakyat dalam ruh Si Hijau.

Walaupun akan banyak hal menghalangi, banyak yang menentang dan tidak menyukai. Tidak akan menyurutkan semangat juang yang kutoreh pada Si Hijau. Aku akan bertanya pada diriku, sudah kah aku bermanfaat? Sudah kan aku amanah?

Pernah sekali aku kehilangan dia. Panik tentu saja. Aku tidak memikirkan soal harga membeli Si Hijau yang baru.Tapi yang kupikirkan seolah aku harus mengulang semua perjuangan dari nol. Ah, untungnya Allah masih menjodohkan aku dengannya. Si Hijau ditemukan dengan baik oleh seseorang. Hal itu tak akan terjadi lagi. Aku akan takut jika ia hilang, aku tak lagi bisa membawanya diam-diam tanpa ketahuan ibu saat aku ingin pergi aksi. Saat-saat menegangkan yang aku alami dengan Si Hijau. Si Hijau yang kancing emasnya masih kurawat baik dan utuh.

Petualanganku dan ia pun sudah amat jauh. Aku sering membawanya ke luar kota. Membawanya ke daratan nan tinggi. Membawanya bertemu orang-orang hebat. Membawanya saat aku menuntut ilmu. Membawanya berjuang di jalan.

Si Hijau, padanya aku berhutang budi. Ia yang melindungiku di kala dingin menusuk tulang. Melindungiku dari terpaan angin. Melindungiku dari rinai hujan. Melindungiku dari teriknya mentari. Melindungiku dari debu jalanan.

Aku tidak hanya ingin menciptakan momen biasa dengannya. Aku, mahasiswa yang hanya berusaha melakukan apa yang harus kulakukan. Tidak ingin hanya duduk dalam ruangan ber-AC lalu pulang kerumah, memikirkan nilai dan IP sepanjang hari. Aku ingin mematahkan anggapan orang awam bahwa pergerakan mahasiswa kini diam. Melawan mereka orang berdasi yang tidak benar dengan kuasanya. Menegakkan keadilan bagi rakyat. Aku hanya berusaha. Tidak salah bukan? Kuserahkan pada Allah bagaimana hasilnya. Aku memang bukan orang berpengaruh di dunia. Aku bukan siapa-siapa. Aku tak punya harta karun atau jabatan. Tetapi bersama Si Hjau aku adalah Mahasiwa. Berusaha menjalankan empat fungsi mahasiswa dan tridharma perguruan tinggi.

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indinesia!

2 komentar:

  1. Mbak aprilli, apakah si hijau itu adalah lambang dari simbol pergerakan mahasiswa?

    BalasHapus
  2. bukan mbak.. hijau di situ warna alamamater kampus saya, UNJ hehe

    BalasHapus