Minggu, 24 Mei 2015

Apa Kabar Pendidikan Indonesia?

JAKARTA, PKM FMIPA 1 - Ruang 3.6 - 3.7, gedung FMIPA, Kampus Timur UNJ, Sabtu, (23/5), acara dimulai sekitar 10.00. MC oleh kak Zidni dari Biologi 2013. Dibuka dengan membaca basmalah dan pembacaan ayaut suci Al-Qur'an oleh Muzakki dari Matematika 2014. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kecil mengenai alasan para peserta mengikuti PKM FMIPA ini. Ada yang menjawab untuk mencari pengalaman, sebagai proses pendidikan, dan untuk mencari ridho Allah semata.

     Selanjutnya materi oleh kak Ferly Ferdyant, S.E-yang pernah diamanahkan sebagai Kepala Departemen Pendidikan BEM UNJ periode 2014-2015- mengenai "Pendidikan "Kontemporer" yang dimoderatori oleh kak Habib dari Fisika 2013.
Sebelum memulai, kak Ferly menyebutkan betapa pentingnya mahasiswa mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa pada ranah Fakultas (PKMF), karena PKMF merupakan salah satu tahap untuk mencapai cita-cita yang diharap oleh UNJ yaitu “building future leader”, membangun pemimpin masa depan yang akan menggantikan para pemimpin masa kini yang dzolim.

     Pendidikan merupakan indikator untuk melihat kualitas beberapa aspek dari suatu negara, yaitu aspek Sumber Daya Manusia (SDM), aspek daya intelektual, dan aspek karakter serta moralitas suatu negara. Kak Ferly sedikit membahas tentang kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang di mana semua orang dari berbagai negara di ASEAN bebas untuk melakukan transaksi jual beli bahkan menanam modal di Indonesia dengan syarat yang tak lagi serumit dulu. Jika pendidikan Indonesia yang masih seperti ini, apakah Indonesia siap menghadapi MEA?

     Disinggung pula realita kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut UNESCO, kualitas pendidikan Indonesia menempati urutan ke 64 dari 120 negara di dunia, dan menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kurang lebih 1,8 juta anak Indonesia putus sekolah setiap tahunnya. Sungguh membuat hati ini ‘mencelos’. Padahal dunia pendidikan mendapat anggaran 20% dari anggaran negara yaitu ± 408 milyar per tahunnya, sungguh bukanlah nominal yang sedikit untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Lantas, kemanakah jumlah sebanyak itu?

     Apa kabar pendidikan Indonesia saat ini? Pendidikan Indonesia tidak luput dari peran seorang guru yang memberikan ilmunya kepada para peserta didiknya. Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no. 14 Tahun 2005, tugas utama guru dan dosen adalah untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didiknya, namun realitanya pendidik hanyalah sekedar mengajar saja.

     Realita selanjutnya ialah adanya ‘Tragedi Nol Buku’ yaitu rendahnya minat budaya membaca anak Indonesia. Mereka lebih tertarik untuk bermain dan bercengkrama dengan gadget  mereka dibanding dengan membaca sebuah buku. Kemajuan teknologi yang semakin canggih justru membuat minat anak Indonesia membaca yang semakin rendah.

- Kuliah 5 Tahun -
menurut Permendikbud no.49 Tahun 2014 tentang standar nasional Perguruan Tinggi, mahasiswa harus menuntaskan perkuliahannya selama 4-5 tahun untuk jenjang S1. Hal ini sangatlah tidak bisa dibenarkan. Karena mahasiswa yang mengambil bidang saintek tidak akan bisa disamakan dengan mahasiswa pada bidang soshum. Tingkat kerumitan antar keduanya pun berbeda. Lalu, apakah bisa disamakan antar semua Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia? Apakah sama kualitas sarana dan prasarana antara Perguruan Tinggi di Ibu Kota dengan di kota terpencil? Apakah sama kualitas pengajar (dosen) dari semua perguruan tinggi? Bahkan dalam satu Perguruan Tinggi yang berbeda fakultas, jurusan pun tidak lah bisa disama ratakan seperti itu. Lantas apakah yang menjadi dasar pemerintah menyamaratakan standar nasional kelulusan? Apakah untuk membungkam pergerakan mahasiswa?

- Kado 1 semester Mendikbud -
1. UN tidak menjadi standar kelulusan, karena sudah ditetapkan pada Pasal 58, bahwa UN diadakan untuk menjadi pemetakan pendidikan. Kita sebagai mahasiswa dituntut untuk mengawasi mekanisme pelaksanaannya dan memperbaikinya, bukan malah menuntut untuk dihapuskannya UN. Kak Ferly mengibaratkan “Jika kuku kotor, maka yang digunting kukunya bukanlah tangannya” maka ketidak benaran saat pelaksanaannya yang harus dihilangkan, bukanlah memangkas sesuatu yang menjadi dasarnya.
2. Penghapusan kurikulum 2013
3. Memberikan Kartu Indonesia Pintar, agar tercapai wajib belajar 12 tahun.
4. Sekolah Negeri harus bebes simbon agama. Hal ini dirasa sangat lah tidak mungkin. Karena budaya berdoa di setiap daerah tentu lah berbeda, seperti yang di daerah bali, manado, jakarta, belum tentu sama. Setelah adanya reaksi dari masyarakat dan mahasiswa, akhirnya mendikbud menghapuskan aturan ini.
5. Mengubah buku menjadi tablet. Hal ini justru semakin mendukung tragedi nol buku berkembang pesan. Karena pada nantinya siswa tidaklah lagi membutuhkan buku, tetapi mereka semua dapat mengaksesnya melalui e-book.

     Di akhir materi, kak Ferly mengutip sebuah kalimat dari Anies Baswedan, “Mendidik adalah tanggung jawab orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yan tidak terdidik di Republik Indonesia adalah “dosa” setiap orang terdidik yang dimiliki Republik Indonesia.” Sebuah kalimat yang sangat menyadarkan akan pentingnya membagi ilmu yang kita miliki kepada siapapun khususnya kepada anak Indonesia yang berusia wajib belajar, karena nasib Indonesia selanjutnya akan di tangan kami, dan di tanganlah mereka juga. Terakhir kak Habib menyimpulkan bahwa “Mendidik merupakan menatap peradaban”.

     Setelah materi peserta dipersilahkan ISHOMA, dan pukul 12.30 seluruh peserta harus sudah kembali ke ruangan. Lalu peserta berkumpul sesuai dengan kelompoknya untuk membahas tugas kelompok membuat PKM. Lalu oleh kak Fajralni Aqsa dari Fisika 2013 para peserta diberitahu barang bawaan individu dan barang bawaan kelompok yang harus dibawa saat PKMF 2 nanti pada tanggal 29-31 Mei 2015. Acara selesai sekitar 14.00, ditutup dengan membaca hamdalah dan pekikan hangat penuh cinta "HIDUP MAHASISWA!!!" (ARA)

info dari: Sabila Rahma
----------------------------------------#PKMFMIPAUNJ2015
#MENGINSPIRASI TANPA BATAS BANGUN SEMANGAT TOTALITAS

0 komentar:

Posting Komentar